Nelson Mandela, Menumpas Apartheid Melalui Kegilaannya terhadap Rugby

Peresensi : Agga Barasani

Judul Film               : Invictus

Tahun                      : 2009

Durasi                      : 134 Menit

Sutradara                 : Clint Eastwood

Genre                      : Drama, Olahraga

Pemeran Utama     : Morgan Freeman, Matt Damon

Film ini mengisahkan salahsatu prestasi presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, yang berhasil menghapuskan politik apartheid selama pemerintahannya. Mandela yang diperankan oleh Morgan Freeman dibebaskan dari penjara pada tahun 1990 dan setelah itu ia memenangkan pemilihan presiden melalui partai ANC. Pada awal kepemimpinannya, politik apartheid dan ketegangan antar ras masih kental terasa. Hal ini tercermin dari berbagai aspek, salahsatunya dari aspek olahraga. Pada pertandingan rugby misalnya, ketika tim Spring Bok yang menjadi perwakilan Afrika Selatan melawan tim Inggris, mayoritas warga kulit hitam mendukung tim Inggris pasalnya pemain Spring Bok didominasi oleh kulit putih begitu pun dengan pendukungnya yang diidentikkan dengan pemberontak. Dikalangan anak-anak, anak kulit hitam yang mengenakan jersey Spring Bok akan dipukuli oleh teman-temannya.

Rugby mampu menyatukan warga Afrika Selatan

Nelson Mandela adalah penggemar berat olahraga rugby, olahraga paling digemari di Afrika Selatan. Dalam agenda kepresidenannya selalu tertulis jadwal untuk menonton pertandingan rugby. Bahkan, Mandela terjun sendiri untuk mengatasi permasalahan rugby. Ia rela membatalkan agenda rapatnya untuk mendatangi dan membatalkan mosi pembubaran tim Spring Bok yang digelar oleh National Sport Council (NSC) Afrika Selatan. Ia mengundang kapten Spring Bok, Francais Piennar, yang diperankan Matt Damon, untuk minum teh dan membahas Spring Bok dalam pergelaran piala dunia rugby yang kebetulan Afrika Selatan menjadi tuan rumah turnamen tersebut. Mandela selalu menegaskan bahwa perubahan rugby akan membawa perubahan pada seluruh aspek negaranya.

Perubahan dibidang rugby terbukti mampu memberikan dampak bagi terciptanya masyarakat yang harmonis. Warga Afrika Selatan tak lagi mempersoalkan warna kulit setelah Spring Bok mampu membuktikan tajinya dalam gelaran piala dunia. Ketika Afrika Selatan menjadi juara, seluruh warga memadati jalan, bernyanyi dan menari bersama tanpa memandang ras.

“Ia adalah pria, dengan masalah pria” – Pengawal pribadi Mandela

Disamping karisma kepemimpinannya, Mandela juga memiliki masalah pribadi seperti orang pada umumnya. Selama Mandela dipenjara hingga ia menjadi presiden, ia terpisah dari anak dan istrinya. Anak-anaknya hanya sesekali menengoknya dirumah dinas namun tidak ditemani oleh Istrinya. Film ini tak terlalu mengekspos lebih tentang bagaimana kehidupan pribadi Mandela dan hingga film ini selesai, belum ada resolusi atas masalah pribadinya.

Film ini dengan alur maju mampu menjelaskan cerita secara kronologis dan runtut. Percakapan dalam film ini juga lumayan ‘renyah’ untuk dapat dipahami oleh semua khalayak. Hal yang unik, pemeran Mandela memiliki kemiripan wajah dengan tokoh aslinya. Tentu, penonton akan lebih mampu mendalami film dan akan menambah kepuasan ketika menonton film ini. Selain itu, dibandingkan dengan film barat pada umumnya, film ini tidak menampilkan adegan-adegan seks sehingga film ini aman dan nyaman dilihat oleh semua umur. Terlepas dari semua itu, film ini juga digarap oleh manusia biasa yang tentu memiliki kekurangan. Ada beberapa adegan yang kemudian tidak ada kejelasan ceritanya. Seperti potongan adegan saat kedatangan Mandela ketika NSC melakukan rapat untuk membuat mosi pembubaran Spring Bok.

Secara keseluruhan, film ini merupakan film inspiratif yang mampu meninggalkan kesan tersendiri meskipun penontonnya bukan warga Afrika Selatan. Film yang mengajarkan rasa nasionalisme dan kesatuan ini merupakan film yang cocok untuk dilihat oleh berbagai usia. Tanpa mengesampingkan sisi kelemahan film ini, penulis merekomendasikan film ini untuk ditonton.

guest
0 Komentar
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments